Presiden Zelenskyy Inginkan Keanggotaan Uni Eropa ‘Jalur Cepat’ untuk Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina harus segera bergabung dengan Uni Eropa (UE). Pernyataan ini ia sampaikan melalui tautan video dalam Konferensi Donor Internasional Tingkat Tinggi untuk Ukraina yang diadakan di Warsawa, Polandia pada Kamis kemarin. Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (6/5/2022), ia menyerukan pemberian status kandidat Ukraina di bawah prosedur jalur cepat, di tengah perang yang sedang berlangsung.
"Keanggotaan Ukraina di Uni Eropa harus menjadi kenyataan, bukan janji maupun prospek semata," kata Zelenskyy. Zelenskyy kemudian menekankan bahwa Ukraina siap untuk langkah langkah ini. "Ukraina perlu bergerak cepat menuju Uni Eropa, mendapatkan status calon, yang harus diberikan sekarang, di masa perang, di bawah prosedur khusus yang dipercepat," tegas Zelenskyy.
Sebelumnya, Konferensi Donor Internasional Tingkat Tinggi untuk Ukraina berlangsung di Warsawa, Polandia pada Kamis kemarin. Konferensi ini diprakarsai oleh Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki dan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson serta mengangkat tema mengenai dana untuk kebutuhan kemanusiaan yang meningkat di Ukraina. Dengan demikian, Polandia dan Swedia berusaha untuk memobilisasi janji substansial untuk mendukung respon kemanusiaan Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) di Ukraina dan membahas langkah langkah lebih lanjut demi mendukung upaya Ukraina dalam menangani tantangan ekonomi yang diciptakan oleh perang.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel pun terlibat sebagai mitra dalam konferensi itu. Menurut PBB, 13 juta orang di Ukraina membutuhkan bantuan kemanusiaan dasar seperti perumahan, makanan, dan obat obatan. Oleh karena itu, menurut Kantor Perdana Menteri Polandia, perlu segera memobilisasi bantuan internasional ke Ukraina, yang hanya mencakup kurang dari 15 persen dari kebutuhan yang ada saat ini.
Jumlah pengungsi dari Ukraina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan pindah ke luar negeri akibat invasi Rusia pun kini telah melampaui angka 5,6 juta.